salam sobat bloger kali ini saya akan mempostting tentang atlantis untuk lebih jelasnnya silakan baca artikel di bawah ini...!
“Telah 9000 tahun berlalu sejak perang yang berlangsung
antara mereka yang tinggal di luar Pilar-Pilar Heracles dan mereka yang tinggal
di dalamnya. Di satu sisi, kota Athena dilaporkan menjadi pemimpin perlawanan;
sementara pihak satunya dipimpin oleh raja-raja Atlantis, suatu pulau yang
bahkan lebih luas dibanding Libya dan Asia, yang kemudian tenggelam karena
gempa bumi, dan menjadi tembok lumpur yang menghalangi seluruh pelayaran
melalui samudera itu.”(Critias-360SM)
Konon hanya dua
catatan yang menceritakan tentang Atlantis, yaitu Dialog Timeaus dan Critias,
keduanya dicatat oleh Plato sekitar 360SM. Dialog ini adalah percakapan antara
Socrates (guru Plato), Hermocrates, Timeaus dan Critias. Socrates menjelaskan
tentang masyarakat ideal versinya, sementara Timeaus dan Critias bercerita
tentang kisah yang bukan fiksi. Kisah ini merupakan kisah konflik antara bangsa
Athena dan Atlantis 9000 tahun sebelum masa Plato. Kisah yang sudah terlupakan
tetapi muncul kembali dibawa oleh Solon (600 tahun SM), seorang Sage dari
Hellena yang mendapatkan secara lisan dari pendeta Mesir di Sais.
Solon menyampaikan
kisah ini kepada Dropides, kakek buyut Critias. Dropides menyampaikannya kepada
putranya, (yang juga bernama) Critias, dan diteruskan kepada Critias, sang
cucu. Selama lebih dari 2000 tahun, Atlantis menjadi dogeng dan banyak ilmuwan
yang tidak berani secara terang-terangan mengakui adanya Atlantis. Tetapi sejak
abad pertengahan, kisah Atlantis menjadi populer di dunia Barat. Banyak yang
menganggap Atlantis (jika ada) terletak di Samudra Atlantis, bahkan ada yang
menganggap Atlantis terletak di Amerika sampai Timur Tengah. Para penduduknya
dianggap sebagai Dewa, makhluk luar angkasa, atau bangsa yang superior.
Tetapi kebanyakan
peneliti tidak memberikan bukti atau telahaan yang cukup. Sebagian besar
hanyalah mengira-ngira. Salah satu peneliti yang mengklaim telah menemukan
Atlantis adalah Robert Sarmast, seorang arsitek Amerika keturunan Persia. Ia
menyebutkan bahwa Atlantis dan Taman Firdaus adalah 17 Torchbearers’s
Newsletter sama. Fakta menyebutkan bahwa benua Atlantis tenggelam secara
perlahan-lahan karena serangkaian bencana, termasuk gempa bumi. Hanya beberapa
tempat di bumi yang mempunyai kecenderungan seperti itu dan Samudra Atlantis
tidak termasuk. Sarmast menunjukkan bahwa Laut Mediterania adalah lokasi
Atlantis, tepatnya sebelah tenggara Cyprus dan terkubur sedalam 1500 meter di
dalam air.
Penelitian
menunjukkan bahwa permukaan air di daerah Mediterania 5000 tahun lalu jauh
lebih rendah dibanding masa sekarang. Hal ini dibantah oleh Prof. Arysio Santos
dari Brasil. Santos mengatakan jika Atlantis dan Taman Firdaus adalah sama,
maka seharusnya deskripsi ini harus sejalan dengan seluruh tradisi keagamaan
dan kepercayaan, seperti Budhisme, Hinduisme, Islam, Kristen, kepercayaan
Indian Amerika, dll, yang menceritakan tentang Taman Firdaus, sebagai tempat
asal mula manusia. Santos menuduh bahwa penemuan Sarmast terlalu terburu-buru
dan hanya menguntungkan pihakpihak tertentu.
Dengan ‘penemuan’
Sarmast, kunjungan wisatawan ke Cyprus melonjak tajam. Para penyandang dana
penelitian Sarmast, seperti editor, produser film, agen media dll mendapat
keuntungan besar. Jika Sarmast benar, mereka juga akan terkenal dan jika tidak,
mereka telah mengantungi uang yang sangat besar. Sementara itu, Dr. Pavlos
Flourentzos, seorang arkeolog Cyprus sendiri menolak penemuan Sarmast, karena
Plato secara tegas mengatakan bahwa Atlantis berada di luar Laut Mediterania.
Pernyataan ini
didukung oleh Dr. Michel Morisseau, seorang ahli geologis Perancis yang tinggal
di pulau Cyprus. Dia mengatakan,”Aku sangat terkejut mendengar berita
(penemuan) itu karena tidak berhubungan sama sekali dengan fakta geologis dan
kita harus berhati-hati jika dalam mengumumkan hal tersebut.” Bahkan Morisseau
menantang Sarmast untuk debat terbuka. Hanya sehari setelah pengumumannya
tanggal 14 Nopember 2004, Sarmast telah mendulang bantahan karena ‘memilih’ lokasi
Atlantis di Mediterania yang merupakan salah satu daerah paling sering
dikunjungi oleh peneliti, oceanographer dan ahli volkanologis.
Santos menggunakan
pendekatan yang berbeda dalam mengungkap lokasi Atlantis. Mitos dan tradisi
dari banyak bangsa bersumber dari Banjir Besar dan hancurnya Taman Firdaus,
sesuai dengan kisah Atlantis. Tidak dapat disangkal bahwa Atlantis adalah Taman
Firdaus itu. Jejak-jejak cerita Atlantis, menurutnya, dapat ditemukan di banyak
sumber, tidak hanya pada dialog Temaeus dan Critias. Misalnya: Alexander yang
Agung, pernah melewati sepasang pilar emas Hercules dan Dionysus (alias Atlas)
dengan Hieroglyph yang sama ketika memasuki daerah Timur (Indus). Atlas adalah
saudara kembar Hercules. Dengan kata lain, ada sepasang pilar Hercules dan
Atlas di Gibraltar yang merupakan batas daerah Barat, dan sepasang di ujung
Indus sebagai batas Timur. * Alam Critias disebutkan bahwa pada pilar emas
tertulis hukum, aturan dan keputusan raja yang ditulis dengan upacara
pengorbanan banteng kepada Poseidon.
Upacara ini adalah
khas Indus yang disebut sebagai Gomedha sebagai peringatan atas hilangnya surga
(Gomeda-dvipa). Contoh lain tradisi pilar adalah Pilar Delhi yang didirikan
oleh Raja Ashoka untuk memperingati kemenangannya. Terbuat dari satu baja utuh
tahan karat yang masih bertahan hingga saat ini tanpa mengalami oksidasi
sedikit pun. Suatu teknologi 2500 tahun lalu yang bisa jadi diwarisi dari
Atlantis. * Menurut Plato tembok Atlantis terbungkus emas, perak, perunggu,
timah dan tembaga. Pada masa itu hingga saat ini, hanya beberapa tempat di
dunia yang merupakan produsen timah utama.
Salah satunya disebut sebagai
Kepulauan Timah dan logam, Tashish, Tartessos dan nama lain, tidak lain adalah
Indonesia. Jika Plato benar, maka Atlantis sesungguhnya adalah Indonesia. * 9000
tahun sebelum 600 SM, adalah masa 18
Torchbearers’s Newsletter kehancuran Atlantis.
Jaman es terakhir yang menyebabkan banjir besar terjadi tepat 9600 SM (11.600
tahun lalu). Bagaimana Solon dapat menunjukkan waktu dengan tepat? * Bangsa
Maya mempunyai mitos asal mula mereka. Berasal dari pulau atau benua yang
disebut sebagai Aztlan, leluhur mereka terpaksa mengungsi karena bencana gunung
berapi yang menenggelamkan tanah mereka. Mereka melewati kepulauan di Samudra
Pasifik dan perjalanan ini ditulis dalam Codex Boturini.
Jika Aztlan adalah
Atlantis, maka benua itu terletak di Timur Jauh, seputar Indonesia. Menurut
Noel, ahli mitologi dari Perancis, mengatakan bahwa Taman Firdaus Hinduisme
disebut Svarna Dvipa (pulau Emas) dalam Sansekerta. Svarna Dvipa sekarang
disebut Sumatera, dianggap Taman Firdaus dan merupakan episentrum bumi dan
disebut Pusar Bumi (Mangkubumi). Di luar pembuktian di atas, masih banyak bukti
lain yang dikemukakan oleh Santos dengan memperhatikan geologis, arkeologis,
dan tradisi oral maupun lisan yang menunjukkan bahwa Atlantis kemungkinan besar
terletak di regional Lembah Indus yang membentang dari Asia Kecil (India)
hingga Indonesia dengan pusat peradaban justru di Indonesia. Plato
mengungkapkan tiga tempat dengan nama Atlantis, di mana satu adalah pulau kecil
sebagai ibukotanya.
Dia juga menyebut
‘Yunani Kuna’ sebagai musuh dan penakluk Atlantis yang ia maksud sebagai bangsa
Arya dan Aryanavarta (Negara Para Arya), Atlantis yang tenggelam. Sisa-sisa
Atlantis sekarang membentuk kepulauan Indonesia dengan sekian banyak gunung
berapi yang berada di atas permukaan laut ketika bencana datang. Daerah ini
kemudian disebut oleh bangsa Yunani sebagai Wilayah Kematian yang tidak bisa
dilayari. Sebagian besar benua Atlantis tenggelam di bawah Laut Cina Selatan.
Wilayah Atlantis
yang kedua adalah sebagian daerah India di mana sisa-sisanya masih bisa dilihat
dari peninggalan di Lembah Indus dan Gangga dengan warisan peradaban Harappa
dan Mohenjo-Daro. Dapat disimpulkan setelah manusia berpindah dari daerah
padang rumput dan gurun di Afrika, mereka menemukan iklim ideal untuk bertani
dan mengembangkan peradaban. Semua terjadi pada jaman Pleistocene (1.8 juta
lalu) yang berakhir 11.600 tahun lalu. Pleistocene adalah zaman es dengan
permukaan air laut 100-150 m di bawah saat ini. Ketika es mencair, sebagian
besar wilayah Indonesia dan sekitarnya hingga di bawah Laut Cina Selatan
terendam air dan menenggelamkan hampir 20 juta penduduknya. Atlantis yang
tenggelam ini disebut Atlantis Lemuria dan menjadi Wilayah Kematian. Penduduk
Atlantis sendiri terbagi dua, yaitu Arya dan Dravida. Sebutan Tanah Leluhur
(Serendip) sebenarnya adalah bahasa Dravida dari Taprobane (Sumatra), yang
disebut sebagai Taman Firdaus.
Tempat dengan sekian
banyak nama: Sheol (neraka) oleh Yahudi untuk kawasan yang rusak; Hades oleh
Yunani, Amenti atau Punt oleh Mesir, Dilmun oleh Mesopotamia, Svarga oleh
Hindu, Avalon oleh Celts dan lain lain. Apa yang diceritakan dalam kisah Injil
tentang bencana besar sejalan dengan yang dikisahkan Plato dan didukung oleh
bukti geologis dan arkeologis. Setiap kali kita berusaha untuk menemukan sumber
dari catatan tersebut, kita selalu berakhir pada India dan Indonesia sebagai
dua Atlantis. Indonesia, pada masa itu disebut sebagai Ultima Thule (Batas
Akhir), perbatasan yang tidak boleh dilewati oleh kapal. Di sini terletak
sepasang Pilar Hercules dan Atlas, seperti si kembar Gemini, Castor dan Pollux
yang diambil dari tradisi Hindu, Kembar Ashvin. Sama seperti kembar Seth dan
Osiris di Mesir.
Hercules berasal
dari Baal Melkart, dewa bangsa Phoenicia, yang berasal dari Bala-Rama (Rama
yang Perkasa). Sementara Atlas (Atlantis) adalah Krishna. Kembar ini
merepresentasikan dua ras manusia: berambut pirang (Aryo-Semites) dan berambut
kemerahan (Dravida) yang ditakdirkan untuk bersaing memperebutkan dunia ini.
Keduanya berasal dari Taman Firdaus (Lemuria). Dari Lemuria lahirlah lima ras
manusia: merah, putih, kuning, hitam dan coklat.
Perang perebutan ini digambarkan seperti Deva
melawan Asura dalam Hindu, atau Putra Terang melawan Putra Kegelapan dan juga
disebut dalam Kitab Wahyu di Injil. Armageddon (bahasa Yahudi) sesungguhnya
berarti Tempat Berkumpul, sama seperti Shambhalla dalam bahasa Sansekerta.
Artinya, tempat di mana
dua pasukan bertemu untuk menyelesaikan perbedaan melalui perang dan menutup
jaman Kali Yuga.
Edgar
Cayce, yang dijuluki Sleeping Prophet, menyebut dua bangsa ini sebagai Putra
Hukum Tunggal dan Putra Belial yang sesungguhnya berasal dari satu sumber
tetapi kemudian memilih dua jalan berbeda dalam menangani permasalahan mereka.
Putra Belial menggunakan kemampuan mereka untuk menaklukkan dunia sementara
Putra Hukum Tunggal bertujuan untuk melestarikan apa yang ada.
Setelah
ribuan tahun berlalu, tidak peduli warna kulit atau kebangsaan kita, manusia
tetap belum bisa belajar dari pengalaman. Perang yang terus menerus, pola pikir
yang eksploitatif dan rasa superioritas terhadap kelompok lain masih mewarnai
jalan hidup dan kesadaran kita.